Blog ini di ambil dari klik disini.
Sumeria : Legenda Bangsa yang Turun dari Langit
Letak geografis mesopotamia di masa kini
Mesopotamia on google map |
Kebudayaan Sumeria dan Dewa-Dewanya
Old Map |
Bangsa Sumeria sering disebut sebagai ‘peradaban yang muncul secara tiba-tiba’. Ini karena memang kebudayaannya yang tiba-tiba muncul pada tahun 5000 SM tanpa adanya proses evolusi, seperti halnya berbagai kebudayaan dunia yang lain. Dalam berbagai buku sejarahyang saya baca sejak SD sampai SMA dulu, bangsa Sumeria selalu disebut sebagai kebudayaan manusia yang tertua, terletak di antara sungai Euphrat dan Tigris, Mesopotamia (sekarang menjadi wilayah negara Irak). Dalam waktu yang relatif singkat, kebudayaan bangsa Sumeria berkembang menjadi kebudayaan maju, yang menguasai ilmu matematika, sains, astrologi, arsitektur, agrikultur, dan diakui menjadi penemu roda, persenjataan militeristik, dan yang terpenting adalah sistem penulisan pertama di dunia. Bagaimana kebudayaan yang paling kuno dan primitif dapat memiliki pengetahuan semaju itu? Apabila ditelusuri lagi, kebudayaan-kebudayaan yang muncul sesudah itu hanya dapat mengadopsi sebagian-sebagian saja dari seluruh kebudayaan bangsa Sumeria tadi.
Saya meyakini bahwa awal pengertian terhadap suatu kebudayaan harus diawali dengan mencari arti atau definisi dari nama kebudayaan itu. Kata ‘Sumer’ berarti ‘Tempat Penguasa Cahaya’. Alasan atau logika apa yang mendasari penamaan itu? Mungkin saja ‘cahaya’ disini berarti pengetahuan atau pencerahan seperti halnya dalam kebudayaan-kebudayaan yang lain di dunia. Yang menarik, bangsa Sumeria menyebut dirinya ‘ùĝ saĝ gígpe’ yang diartikan sebagai ‘orang-orang berkepala besar’. Logika dibalik ini masih tak terpecahkan, karena bangsa Sumeria tak berbeda secara biologis dengan manusia lain pada periode yang sama. Oleh karena itu terdapat kemungkinan bahwa penyebutan ini menunjukkan bentuk tubuh apa yang mereka inginkan/cita-citakan, atau apa yang terkoneksi dengan mereka dengan cara tertentu, Ditambah lagi mitologi Sumeria yang menyebutkan banyak cerita mengenai peperangan antara manusia dan Dewa, interaksi antara manusia dan Dewa, serta transfer pengetahuan antara manusia dan Dewa.
Kebudayaan Sumeria sampai saat ini diakui masih sulit untuk digapai, tidak seperti kebudayaan-kebudayaan lainnya di dunia. Hal ini karena pada peninggalan-peninggalannya terdapat persilangan antara ‘realitas’ dan ‘mitos’. Sebagai contoh, salah satu hal yg mendorong lahirnya “kegilaan” pendapat ini salah satunya bila kita melihat kemajuan pengetahuan astronomi bangsa Sumeria yg memang membuat takjub manusia modern, misalnya mereka mengetahui benda-benda langit tanpa bantuan teleskop, ditambah mereka yakin bahwa sabuk asteroid (darimana coba, mereka tau?) itu berasal dari sebuah planet yang hancur, yang disebut Tiamat, yang hancur karena bertubrukan dengan bulan dari Nibiru.
Tapi pada dasarnya, kebudayaan Sumeria berdasar pada kepercayaan Polytheistic yang menerangkan sebab akibat antara Dewa dan manusia. Dewa
yang disembah disebut Annunaki (terkadang Ananaki) yang artinya ‘mereka
yang mempunyai darah bangsawan’ atau juga dapat berarti putra dari
langit (Anu) dan (Na) Bumi (Ki) atau lebih populer diterjemahkan sebagai
“Mereka yang datang dari langit”. Tapi bangsa Sumeria tidak pernah
menyebut Annunaki sebagai Dewa, melainkan ‘din.gir’. ‘Din’ berarti
‘suci, murni, terang, bercahaya’, dan ‘Gir’ lazim digunakan untuk
mendeskripsikan benda yang berujung tajam. Jadi ‘din.gir’ dapat
diartikan ‘mereka yang suci dan berasal dari benda yang berujung tajam’.
Julukan lainnya adalah ‘Elu’ yang berarti ‘mereka yang di tempat
tinggi’ yang kemudian berevolusi ke dalam bahasa Babylonia, Assyria, dan
Yahudi menjadi ‘EL’ – yang dikonotasikan oleh bangsa Yunani sebagai
‘Tuhan’. Bagaimana bentuk ‘Dewa’ Sumeria ini, dan apa peran keberadaan
mereka diantara bangsa tertua dalam sejarah manusia modern?
Anu adalah Dewa utama bangsa Sumeria, Dewa Langit, Dewanya dewa-dewa.
Dia adalah dewa tertinggi yang merupakan ayah dari Annunaki, mempunyai
kekuatan untuk menghakimi yang melakukan kejahatan.
Enki atau Ea adalah Dewa Air, tapi lebih dikenal sebagai Dewa Pengetahuan dan Kebijaksanaan, karena Enki adalah Dewa yang mengajari manusia tentang pengetahuan. Enki berarti Lord (En) of Earth (Ki). Enki juga dikenal sebagai Dewa Kehidupan dan Pelestari, dan dilambangkan mengalirkan air dari bahunya.
Enki, Prometheus yang sebenarnya
Menurut mitologi Yunani, Prometheus adalah Dewa yang mencuri api dari Zeus dan memberikannya ke manusia, dimana api merupakan lambang dari pengetahuan. Prometheus dianggap sebagai simpatisan manusia dimana dia menentang Dewa-Dewa yang lain dan mengajarkan pengetahuan yang terlarang untuk manusia. Seperti halnya Enki, yang disebut sebagai Dewa Pengetahuan dan Kebijaksanaan. Enki adalah salah satu pemegang kunci pengetahuan yang disebut ME, yang mengandung rahasia teknologi, pengembangan kemasyarakatan, agrikultur, dan lain-lain.
Tablet yang menggambarkan transfer pengetahuan Dewa (di bagian luar)
ke manusia (raja di bagian dalam), semuanya mengelilingi Pohon
Pengetahuan (tengah)
Tablet di atas adalah dari kebudayaan Assyrian (turunan dari Sumeria) yang menggambarkan Dewa-Dewa Anunnaki di bagian luar dan manusia di bagian dalam. Menurut para sejarawan, Enki digambarkan sebagai salah satu Dewa di kiri atau kanan, memberikan kehidupan untuk manusia, menyediakan pencerahan spiritual dengan Pohon Pengetahuan yang berada di tengah-tengah. Semua dengan dilindungi oleh Anshar (Dewa yang terbang) dari atas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Enki memberikan pengetahuan dan
pencerahan kepada umat manusia. Penggambaran Pohon Pengetahuan yang
ditransfer oleh Enki ke manusia sering digambarkan sebagai ular kembar
(seperti tablet di atas). Pada ilmu pengetahuan modern, ular kembar
inilah yang digunakan sebagai lambang pengobatan (ilmu kedokteran). Tapi
yang anehnya, bentuknya juga mirip dengan DNA manusia.
Dari kemiripan Pohon Pengetahuan dengan struktur DNA manusia tersebut, banyak peneliti dan sejarawan yang menyimpulkan bahwa ‘Dewa’ itulah yang dipercaya bangsa Sumeria menciptakan manusia pertama, bernama Adam, pada saat mereka ‘datang’ ke Bumi 400.000 tahun yang lalu. Anunnaki juga menurut catatan Saumerian adalah yang menciptakan “manusia” dengan cara mengambil DNA mereka & mencampurkannya dengan DNA mahluk bumi (kera jaman purba). Tentu saja istilah DNA belum dikenal pada jaman itu.
Tapi apakah kebetulan juga bahwa dalam DNA manusia terdapat 223 gen
yang tidak ditemukan dalam DNA semua makhluk hidup lain yang ada di
permukaan bumi? Seolah ke-223 gen itu muncul tiba-tiba tanpa asal
muasal. Inilah yang benar-benar disebut kalangan ilmuwan sebagai
“missing link”. Di antara 30.000 gen manusia, jumlah 223 memang terkesan
sangat kecil, bahkan tidak mencapai satu persen. Tapi 223 gen itulah
yang membedakan manusia dengan simpanse.
Lebih detil lagi berdasarkan apa yang tercantum dalam tablet-tablet
peninggalan Sumeria, Enki-lah yang menjadi biological designer,
bertanggung jawab menyilangkan DNA manusia dengan DNA ‘Dewa’. Tujuannya,
berdasarkan tablet-tablet tersebut rupanya Annunaki ingin menciptakan
ras pekerja/budak yang dapat bekerja mengeksploitasi kekayaan bumi untuk
mereka. Sebelum adanya ras pekerja itu, kaum Annunaki harus mengerjakan
semuanya sendiri.
When the gods like men
Bore the work and suffered the toil-
The toil of the gods was great,
The work was heavy, the distress was much
(dari salah satu tablet peninggalan Sumeria)
Rupanya muncul keresahan di antara kaum Annunaki, yang hampir
berujung pada pemberontakan. Untuk mencegah itu, maka Enlil meminta Enki
untuk membuat ras pekerja yang mudah diatur dan dikendalikan. Para
pekerja itu sengaja tidak diberikan pengetahuan yang memadai, sehingga
selalu menuruti perintah Enlil. Para pekerja itulah yang membangun
piramid dan Sphinx (dengan kepala singa, sebelum penduduk Mesir
mengganti kepala Sphinx yang hancur akibat banjir besar dengan wajah
Pharaoh pada sekitar 3000 SM).
Namun seperti halnya mitologi Prometheus di Yunani, rupanya Enki merasa kasihan dengan kaum pekerja itu yang tidak mempunyai kebebasan spiritual. Akhirnya kurang lebih pada 5000 SM, setelah ratusan ribu tahun para ‘Dewa’ menguasai Bumi dan manusia, Enki membuka Pohon Pengetahuan supaya manusia dapat mempelajarinya, meski ‘Dewa-Dewa’ yang lain menentangnya. Itulah yang menyebabkan kebudayaan Sumeria tiba-tiba menjadi maju dan menguasai berbagai teknologi, kemudian ditularkan ke kebudayaan-kebudayaan yang muncul sesudahnya. Sebuah hipotesis yang masih diperdebatkan hingga kini.
Enki dan Pohon Pengetahuan dalam berbagai kebudayaan, tradisi, serta religi
Penggambaran ular dalam Pohon Pengetahuan juga terdapat dalam berbagai kebudayaan, misalnya Mesir dan Yunani. Banyak peneliti meyakini bahwa Thoth (Dewa Mesir) adalah anak dari Enki, atau malah Enki sendiri. Bagi mereka yang mempelajari budaya Mesir dan Yunani pasti mengetahui bahwa Thoth adalah nama lain dari Hermes (Dewa Yunani), dengan nama Hermes Trismegistus. Dia mewarisi sebuah tongkat (disebut caduceus) dari Enki yang bentuknya sama dengan Pohon Pengetahuan.
Konon tongkat tersebut diwariskan turun temurun berbagai generasi, akhirnya yang terdokumentasi adalah ketika Musa menggunakan tongkat tersebut untuk menghadapi Fir’aun Ramses. Berbagai peristiwa tercatat dalam Injil dan Al-Qur’an, antara lain tongkat itu berubah menjadi ular besar dan memakan ular kecil-kecil milik dukun-dukun Pharaoh, juga Musa menggunakan tongkat itu untuk membelah Laut Merah ketika exodus dari Mesir. Apakah istilah ular besar dan ular kecil itu merupakan simbolisasi bahwa penguasaan pengetahuan Musa jauh lebih maju dari dukun-dukun Pharaoh? Hal ini masih perlu pembuktian lebih lanjut.
Selain Yunani dan Mesir, hubungan antara penggambaran ular dan transfer pengetahuan dari ‘Dewa’ kepada manusia rupanya juga terdapat di agama Buddha dan Hindu. Dikisahkan bahwa Siddharta Gautama, sang Buddha, setelah mendapatkan pengetahuan dan pencerahan spiritual selalu digambarkan dengan dipayungi/dilindungi oleh ular raksasa yang berada di belakangnya. Sementara di agama Hindu, ular (disebut nāga) merupakan bentuk keseimbangan alam. Dia merupakan pelindung dan pembawa kemakmuran, tapi juga dapat menimbulkan bencana seperti banjir dan kekeringan jika manusia tidak memperlakukannya dengan baik. Dapat menjadi analogi dari pengetahuan juga bukan?
Demikian pula pada kebudayaan-kebudayaan lain seperti China, Indo-China, suku Indian, Maya, Viking, Afrika, Aborigin, dan hampir seluruh kebudayaan lainnya, ular atau naga selalu dipuja-puja sebagai pelindung manusia yang membawa kemakmuran. Bahkan mahkota pharaoh Mesir mempunyai ujung/puncak mahkota berupa ukiran ular. Saya yakin bahwa semua simbolisasi ular itu terkait dengan Pohon Pengetahuan yang ditransfer oleh Enki kepada manusia, dimana pengetahuan bisa membawa kemakmuran tapi juga sekaligus dapat membawa bencana jika disalahgunakan oleh manusia.
Annunaki dan banjir besar
Kita semua sudah tak asing dengan kisah banjir besar Nabi Nuh (dalam Al-Qur’an) atau Noah dalam kitab Injil. Dan kita juga mengetahui bahwa legenda banjir besar itu juga tersebar luas dalam berbagai kebudayaan di dunia, misalnya di China, Indochina, India, Indonesia, Australia, Andaman Islands, New Zealand, Malaysia, Yunani, Jerman, Irlandia, Finlandia, Amerika (Aztec, Caddo, Hopi, Maya, Inca, Mapuche, Menominee, Mi’kmaq), Polynesia, dan lain-lain. Namun dari semua kebudayaan itu, tidak ada yang menonjolkan satu tokoh manusia tertentu seperti halnya dalam Injil atau Al-Qur’an.
Ternyata, sebuah tablet peninggalan Sumeria yang dibuat sekitar tahun 1700 SM menceritakan kisah seorang tokoh manusia bernama Ziusudra yang diberi informasi oleh Enki bahwa akan terjadi banjir besar yang menenggelamkan seluruh Sumeria, dan Enki memerintahkannya untuk membuat kapal raksasa yang dapat mengangkut sebanyak-banyaknya orang. Dikisahkan bahwa Enlil mengetahui bagaimana banjir tersebut akan terjadi, namun memilih untuk diam karena dia memang berniat untuk menghapus peradaban Sumeria berikut penduduknya. Dari tablet-tablet itu pula dikisahkan bahwa waktu itu di Sumeria sudah banyak orang-orang hasil perkawinan antara kaum Annunaki dengan manusia.
Kaum “campuran” ini berukuran raksasa, dan bersifat memberontak terhadap Enlil. Menyadari bahwa kaum tersebut adalah suatu kesalahan yang membahayakan Annunaki, Enlil sengaja mendiamkan ketika akan terjadi banjir besar, dengan harapan semua kaum tersebut akan mati bersama dengan seluruh manusia yang telah diberikan pengetahuan oleh Enki. Enki sendiri sependapat dengan Enlil mengenai kaum “campuran” itu, namun ia tidak setuju apabila manusia juga ikut dimusnahkan. Oleh karena itu, iapun memberitahu salah satu manusia yang bernama Ziusudra tadi supaya membuat kapal raksasa. Akhirnya banjir besar pun terjadi dan peradaban Sumeria beserta kaum “campuran” musnah, kecuali Ziusudra dan pengikutnya. Apakah Ziusudra adalah Nabi Nuh atau Noah? Inilah yang belum terpecahkan, tapi yang jelas tablet Sumeria itu dibuat jauh sebelum munculnya Kitab Injil ataupun Al-Qur’an.
Kronologinya kira-kira seperti ini:
- 450.000 tahun yang lalu, atmosfir dari planet Nibiru mulai
terkikis. Seorang yang bernama Enki, anak dari penguasa Nibirian yang
bernama Anu, datang ke bumi untuk menambang emas, yang dapat digunakan
untuk menyelamatkan atmosfir Nibiru yang menghilang.
- 380.000 tahun yang lalu, terjadi perang antara dua golongan Nibirian di bumi yang saling bermusuhan. Kelompok yang dipimpin oleh anak dari Anu yang bernama Enlil yang memenangkan perang tersebut.
- 300.000 tahun yang lalu, Nibirian yang juga disebut “Annunaki” merasa lelah karena bekerja di pertambangan dan mulai memberontak. Pemimpin dari Annunaki yang bernama Enki dan Ninhursag kemudian membawa kera primitif wanita asli ke bumi dan dengan manipulasi genetika mereka menciptakan manusia untuk mengambil alih tugas dari pekerja pertambangan. Kemudian manusia mulai berkembang biak di bumi.
- 100.000 tahun yang lalu, beberapa dari orang Annunaki mulai menikah dengan wanita bumi. Beberapa orang Annunaki tersebut adalah Nefilim yang disebutkan di Alkitab Perjanjian Lama. Pertentangan terjadi dalam Annunaki menyangkut masalah masa depan manusia. Enlil memutuskan bahwa manusia harus dimusnahkan, tetapi Enki dan Ninhursag tidak setuju dengan keputusan tersebut.
- 13.000 tahun yang lalu, Annunaki mengetahui bahwa perjalanan Nibiru yang dekat berikutnya akan menyebabkan gelombang pasang yang hebat di bumi. Enlil bersumpah akan merahasiakan hal ini, dia melihat hal ini sebagai kesempatan untuk memusnahkan umat manusia.
- 11.000 tahun yang lalu – tepat pada waktunya – Enki memerintahkan manusia yang bernama Utnapishtim (Nuh) untuk membuat sebuah kapal (bahtera), untuk menyelamatkan beberapa manusia yang sudah dipilih.
- Lebih dari 9000 tahun kemudian, Annunaki membimbing manusia memasuki permulaan peradaban, sementara perang terjadi diantara Annunaki sendiri. Mereka menyiapkan kapal induk untuk menguasai umat manusia dan sebagai perantara antara mereka sendiri dengan manusia.
- Setiap 3600 tahun sekali, ketika Nibiru melakukan transit secara teratur ke dalam sistem tata surya kita, sekali lagi kita mempunyai hubungan dengan Annunaki. http://annunaki.wordpress.com/2010/05/03/annunaki/
Sumeria dan Akhir Zaman
Dari tulisan di atas, saya ingin menekankan betapa eratnya kaitan
budaya Sumeria dengan kebudayaan-kebudayaan dunia pada era setelahnya,
termasuk dengan agama-agama yang dianut manusia sampai saat ini. Tentu
saja hal ini terlepas dari apakah Sumeria sendiri benar-benar
dipengaruhi oleh para ‘Dewa’ atau Annunaki – yang ditengarai berasal
dari ‘langit’- itu atau tidak.
Melihat Homo Sapien memiliki banyak kelebihan dan kecerdasan, para Annunaki yang telah mengumpulkan cukup sumber daya untuk kembali menjelajah langit [angkasa], para Annunaki menitipkan planet bumi ini pada Homo Sapien [manusia] sampai pada waktunya mereka akan kembali. Catatan bangsa Sumeria ini ditemukan dan diterjemahkan oleh Zecharia Sitchin http://en.wikipedia.org/wiki/Zecharia_Sitchin yang mempunyai kemampuan yang cukup lengkap untuk menganalisa fenomena asal-usul manusia dan mengatakan bahwa “dewa-dewa yang beragam budaya yang di kenal oleh kebudayaan kuno bukan hanya sekedar mitos belaka, tetapi betul betul makhluk yang datang dari luar angkasa, ambil contoh seperti suku Dogon yang dapat mengetahui letak bintang Sirius dengan tepat. Mengapa suku primitif tersebut dapat mengetahui informasi yang didapatkan dunia sains dari teleskop? Bukan itu saja, Dogon itu mengetahui jika Sirius punya twin star yang tidak terlihat oleh mata manusia, informasi yang baru diketahui oleh dunia sains modern menggunakan perhitungan rumit. Bagaimana cara mereka mengetahuinya? Suku Dogon mengatakan jika mereka diberitahu oleh Dewa mereka yang datang dari langit. http://annunaki.wordpress.com/2009/11/28/suku-dogon-dan-misteri-sirius/
Lain Sitchin, lain pula David Icke. David Icke menyebutkan jika Annunaki bukan berasal dari Nibiru melainkan dari ras Reptilian yang berasal dari Alpha Draconis Star System (Draconian). Bentuknya adalah reptil. Ada lagi teori “rekayasa genetika” yang lain berasal dari informasi Alex Collier yang bertemu dengan mahluk luar angkasa dari gugus bintang Andromeda
Mahluk-mahluk Andromeda ini mengatakan pada Collier jika mereka
mengetahui bahwa Ras primata merupakan Rekayasa genetika yang diciptakan
oleh Draconian yang merupakan ras makhluk melata yang mempunyai
kebiasaan-kebiasaan yang selalu ingin mencipta untuk kepuasan dan hasil
ciptaan itu akan jadikan sebagai sumber daya alias budak! Hasil dari
eksperimen Ras alpha draconian inilah melahirkan “home sapiens” yang
merupakan penggabungan “ Ras primata “ dengan 21 ras lainya dan telah
mengalami 22 kali modifikasi gen. Sampai sekarang pun manusia banyak
yang tidak sadar jika mereka adalah budak dan diperbudak secara halus
sekali oleh sistem canggih yang dibuat oleh para
Draconian. http://en.wikipedia.org/wiki/David_Icke
Tapi berbicara mengenai Annunaki, bangsa Sumeria percaya bahwa mereka
akan kembali lagi ke Bumi suatu saat nanti, tapi tidak tahu kapan.
Keyakinan bangsa Sumeria mengenai kedatangan kembali Annunaki hal ini
juga sedikit banyak mempengaruhi kebudayaan-kebudayaan yang muncul
setelahnya. Apakah kedatangan mereka itu adalah pertanda akhir jaman
seperti yang dilukiskan dalam Al-Qur’an dan Injil? Dalam kedua kitab
itu, disebutkan bahwa salah satu pertanda kiamat adalah munculnya bangsa
Ya’juj dan Ma’juj (dalam Al-Qur’an) atau Gog dan Magog (dalam Injil).
Benar atau tidaknya, hanya waktu yang dapat membuktikan.
0 komentar:
Posting Komentar